Mengenal Tentang Antipiretik Obat Demam

Semua orang sudah pernah memakai obat antipiretik atau obat penurun demam atau panas. Panas sendiri adalah kondisi ketika tubuh mengalami peningkatan suhu sampai 38 derajat celcius atau lebih. Demam yang terjadi tentu akan mengganggu aktivitas sehingga penderita biasanya akan berusaha untuk mengatasi demam tersebut seperti salah satunya dengan mengkonsumsi obat penurun panas yang dalam istilah medis disebut dengan antipiretik obat demam. Lalu, apa sebenarnya antipiretik tersebut?, berikut penjelasan selengkapnya untuk anda.

Apakah Demam?

Demam adalah sebuah gejala yang bisa timbul pada saat tubuh manusia sedang berjuang melawan penyakit. Demam sebetulnya merupakan mekanisme pertahanan tubuh pada kuman infeksi. Ketika infeksi sedang terjadi, maka otak manusia akan meningkatkan standar suhu tubuh di atas nilai normal sehingga tubuh akan mengalami demam. Demam tersebut bisa dianggap sebagai bukti jika sistem kekebalan tubuh masih bekerja dengan baik.

Mengenal Lebih Dekat Antipiretik

Antipiretik obat demam berkepanjangan merupakan golongan obat obatan yang bisa menurunkan demam. Dalam tubuh manusia, obat antipiretik akan bekerja dengan cara menghambat pembentukan prostaglanding E1 yakni zat kimia di dalam tubuh yang berperan pada proses terjadinya demam.

Dengan cara kerja tersebut, obat antipiretik bisa menurunkan standar suhu tubuh ke nilai normal sehingga penurunan demam bisa terjadi. Prostaglandin juga merupakan zat kimia yang memiliki peran dalam terjadinya reaksi nyeri serta peradangan, sehingga obat antipiretik biasanya juga mempunyai efek analgetik serta anti inflamasi. Untuk itu, selain berguna menurunkan beberapa jenis demam, sebagian besar obat tersebut juga berguna untuk mengurangi rasa nyeri.

Ada banyak jenis obat antipiretik yang bisa digunakan, seperti aspirin, paracetamol, ibuprofen, ketoprofen, metimazol dan lain sebagainya. Namun di antara beberapa jenis antipiretik tersebut, paracetamol menjadi jenis yang paling banyak diresepkan dan digunakan di Indonesia untuk mengatasi gejala demam.

Obat antipiretik diindikasikan penggunaannya untuk mengatasi semua penyakit yang bisa menimbulkan gejala demam. Beberapa panduan menyatakan jika obat demam sebaiknya hanya dikonsumsi jika demam sudah lebih dari 38.5 derajat celcius sehingga jika kurang dari itu atau hanya mengalami demam biasa tidak perlu buru buru diberi obat.

Obat antipiretik mempunyai kontraindikasi yang berbeda beda tergantung dari jenis obat. Paracetamol sebagai obat antipiretik utama di Indonesia tidak boleh digunakan pada pasien yang pernah memiliki alergi paracetamol, pasien yang mengalami gangguan fungsi hati berat dan juga pasien yang memiliki gangguan fungsi ginjal berat.

Ibuprofen dan obat antiradang nonsteroid lainnya juga berisiko memperburuk kondisi penyakit maag serta bisa menimbulkan perdarahan saluran cerna serta tidak boleh diberikan pada penderita gangguan fungsi hati.

Dosis Obat Antipiretik

Untuk dosis obat antipiretik penurun demam panas sendiri sebaiknya digunakan sesuai dengan jenis jenis obatnya, seperti:

  • Paracetamol: Dosis yang dianjurkan sebesar 500 mg sebanyak 3 hingga 4 kali sehari. Sedangkan untuk anak anak 10 hingga 15 mg/kg berat badan sebanyak 3 hingga 4 kali sehari.
  • Ibuprofen: Dosis yang dianjurkan adalah 400 mg sebanyak 3 hingga 4 kali sehari. Sedangkan untuk anak anak dosisnya antara 5 hingga 10 mg/kg berat badan sebanyak 3 sampai 4 kali sehari.
  • Aspirin: Dosis yang dianjurkan adalah 500 mg dengan pemberian 3 hingga 4 kali sehari. Namun aspirin tidak boleh digunakan untuk mengatasi panas pada anak.

Efek Samping Antipiretik

Efek samping antipiretik untuk menurunkan demam ini akan berbeda bedan tergantung dari jenis obat yang dikonsumsi. Beberapa efek samping yang pernah terjadi diantaranya adalah mual, muntah, pusing, nyeri ulu hati, buang air besar berdarah warna hitam, gangguan penyembuhan luka dan gangguan fungsi hati.

Pada dasarnya, obat antipiretik untuk mengatasi penyebab gampang demam merupakan obat yang aman untuk dikonsumsi. Sedangkan efek samping bisa terjadi ketika seseorang mengkonsumsi obat antipiretik dengan dosis yang terlalu banyak atau dalam jangka waktu yang terlalu lama.