Demam Canicola – Gejala – Diagnosa dan Pengobatan

Demam canicola, leptospirosis atau demam lumpur merupakan jenis penyakit yang terjadi karena bakteri Leptospira sp dari hewan ke manusia. Infeksi yang disebabkan karena jenis demam ini tidak terlalu banyak memperlihatkan gejala klinis jika masih dalam taraf ringan. Namun untuk taraf kronis, maka infeksi akut ditandai dengan gejala seperti radang ginjal interstisial, anemia hemolitik, keguguran, radang hati dan lain sebagainya. Demam canicola ini umumnya bisa hidup dalam waktu lama di organ ginjal hewan sehingga bakteri akan keluar bersama dengan urin. Demam canicola bisa terjadi selama beberapa bulan, sedangkan pada manusia bisa bertahan hingga 60 hari. Ketika seseorang terkena penyakit ini, maka nantinya bisa menularkan ke manusia yang lainnya.

Gejala Demam Canicola

Masa inkubasi tipe demam ini adalah antara 2 hingga 26 hari dan infeksi yang terjadi bisa sangat bervariasi bahkan tidak menimbulkan gejala sama sekali dan membuat salah diagnosa sering terjadi. Umumnya, infeksi dari bakteri bisa menimbulkan gejala seperti flu ringan hingga berat, penyakit kuning yang dalam fase berat disebut dengan penyakit Weil. Selain itu, gejala yang ditimbulkan dari demam canicola ini juga terdiri dari beberapa fase, yakni:

  • Fase Septisemik: Dikenal juga dengan fase awal dimana bakteri bisa diisolasi dari dalam darah, cairan serebrospinal dan juga sebagian jaringan tubuh. Penderita akan mengalami gejala seperti flu selama 4 hingga 7 hari ditandai dengan gejala demam biasa, kelemahan otot, kedinginan, muntah darah, sensitif terhadap cahaya, nyeri kepala dan sakit tenggorokan serta gangguan mental.
  • Fase imun: Disebut dengan fase kedua sebab sirkulasi antibodi bisa dideteksi dari isolasi kuman urin dan juga bisa didapat dari darah dan cairan serebrospinalis. Fase ini terjadi antara 0 hingga 30 hari karena respon pertahanan tubuh terhadap infeksi dengan gejala yang tergantung dari bagian organ terkena seperti hati, selaput otak, ginjal atau mata.

Diagnosa Demam Canicola

Untuk mendiagnosa demam canicola ini, maka dokter akan melihat riwayat penyakit, gejala klinis dan juga dari diagnosa penunjang seperti pemeriksaan darah serta urin. Pemeriksaan urin ini sangat penting sebab bakteri Leptospira bisa ada dalam urin sejak awal penyakit yang kemudian menetap hingga minggu ketiga. Sedangkan cairan tubuh lain yang bisa dideteksi adalah lewat darah dan juga bisa dilihat dari jaringan hati, kulit, otot dan juga mata.

Untuk menguatkan diagnosa, pemeriksaan serologis nantinya juga akan dilakukan dimana antibodi bisa ditemukan dalam dari di hari ke-5 hingga ke-7 sesudah gejala klinis terjadi. Microscopic agglutination tes atau MAT juga akan dilakukan untuk mengukur kemampuan serum darah penderita namun tidak terlalu spesifik untuk kasus demam akut yakni yang terjadi dengan cepat disertai gejala klinis parah. 

Pengobatan Demam Canicola

Untuk pengobatan gejala demam canicola yang masih ringan, maka bisa diobati dengan amoksisilin, antibiotik doksisklin dan juga ampisisillin. Sedangkan untuk kasus demam yang berat, maka akan diobati dengan ampisillin, penisillin G, eritromisin dan juga amoksisilin.

Manusia yang memiliki risiko serovar Leptospira juga harus waspada terhadap pencemaran lingkungan dari semua hewan. Memastikan cara hidup yang sehat dan menjaga kebersihan menjadi cara terbaik untuk mencegah dan menanggulangi penyakit demam canicola ini tanpa harus mengeluarkan biaya. Seseorang yang senang memelihara hewan peliharaan sebaiknya juga selalu membersihkan diri memakai antiseptik sesudah memegang hewan, membersihkan kandang dan juga mendatangi lingkungan tempat tinggal hewan. 

Waspadai juga tikus yang juga menjadi salah satu pembawa alami penyakit penyebab gampang demam ini. Memberantas tikus juga berarti mengatasi penyakit demam canicola. Pastikan juga untuk menjauhi hewan ternak dari sumber air serta feses ternak yang sebaiknya dialirkan ke tempat khusus agar nantinya tidak mencemari lingkungan sekitar khususnya sumber air.

Sedangkan untuk hewan yang terlihat mengalami infeksi parah, sebaiknya diberikan perawatan intensif dan bisa juga diberikan beberapa antibiotik seperti doksisiklin atau kombinasi dari penisillin streptomisin serta beberapa terapi suportif lain seperti memberikan infus, anti muntah atau anti diare.