Demam Karena Virus Japanese Encephalitis yang Bisa Menyebabkan Kematian

Virus Japanese encephalitis adalah penyebab dari enchepalitis di area Asia dan juga Pasifik Barat yang bahkan dialami masyarakat Indonesia cukup tinggi. Penyakit ini disebabkan karena nyamuk dan hewan vertebrata khususnya burung dan babi. Manusia nantinya bisa terinfeksi ketika digigit oleh nyamuk yang juga sudah terinfeksi dengan virus penyebab demam tersebut. Umumnya, infeksi ini menyebabkan gejala yang ringan namun pada sebagian kecil penderita juga bisa menyebabkan peradangan otak atau encephalitis dengan gejala seperti demam tinggi, sakit kepala mendadak, tremor dan bahkan koma. 1 dari 4 kasus penyakit ini bisa berakibat fatal dan belum ada pengobatan khusus untuk demam karena virus Japanese Encephalitis ini.

Umumnya, Japanese Encephalitis terjadi di kawasan Asia yang pertama kali diderita orang Jepang pada tahun 1871 sehingga penyakit ini memiliki kata Jepang dalam penamaannya. Japanese Encephalitis umumnya terjadi di kawasan pertanian dan area persawahan dan untuk di Indonesia sendiri, penularan Japanese Encephalitis bisa terjadi di sepanjang tahun dan memuncak pada musim hujan yang bisa menyebabkan demam.

Pencegahan Japanese Encephalitis

Meski demam karena virus Japanese Encephalitis belum ditemukan pengobatannya, namun ada beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan khususnya bagi orang yang berkunjung atau bepergian ke daerah tertentu.

  1. Hindari Gigitan Nyamuk

Pakai obat anti serangga ketika berada di luar ruangan atau juga bisa menggunakan minyak kayu putih. Meski hanya berada di ruang terbuka dalam waktu singkat, gigitan nyamuk tetap bisa terjadi sehingga memakai obat anti nyamuk harus dilakukan seperti pencegahan bahaya demam berdarah. Pakai juga pakaian yang tertutup ketika di luar ruangan untuk menghindari gigitan nyamuk penyebab demam tersebut khususnya ketika udara sejuk saat pagi dan sore hari. Tetaplah berada di ruangan ber-AC atau memakai kelambu ketika akan tidur.

  1. Vaksinasi Virus Japanese Encephalitis

Vaksin Japanese Encephalitis sangat disarankan bagi orang yang ingin bepergian selama 1 bulan lebih pada area endemik. Vaksin ini sangat direkomendasikan untuk orang yang melakukan perjalanan jauh sehingga bisa terhindari dari demam virus yang diakibatkan karena virus tersebut.

Selain itu, vaksin juga harus diberikan pada orang yang sering beraktivitas di luar ruangan seperti petani khususnya saat sore atau malam hari, sering berkemah, hiking, memancing, bersepeda, berburu dan berbagai aktivitas luar ruangan lainnya. Vaksin Japanese Encephalitis sudah mulai digunakan sejak tahun 2009 untuk orang berusia lebih muda dari 17 tahun. Vaksin akan diberikan sebanyak 2 kali dengan jarak 28 hari dan dosis terakhir akan diberikan 1 minggu sebelum bepergian. Sedangkan untuk yang berusia lebih dari 17 tahun, maka dosis akan ditambah untuk mencegah demam panas karena virus tersebut. 

Risiko Reaksi Vaksin

Seperti obat obatan seperti antibiotik untuk demam, vaksin juga memiliki efek samping yang mungkin saja terjadi meski sangat ringan dan bisa hilang dengan sendirinya. Beberapa reaksi karena vaksin untuk meredakan demam akibat virus tersebut umumnya adalah:

  • Sakit, kemerahan dan bengkak di area bekas suntikan.
  • Demam biasa yang umumnya terjadi pada anak anak.
  • Sakit kepala dan nyeri otot yang biasanya terjadi pada orang dewasa.
  • Sakit di area bahu dan menurunnya pergerakan di lengan bekas suntikan meski kasusnya jarang terjadi.

Gejala dan Penanganan Japanese Encephalitis

Kurang dari 1% orang yang terinfeksi virus Japanese Encephalitis penyebab demam panas ini mengalami penyakit klinis. Sedangkan masa inkubasi akan terjadi antara 5 hingga 15 hari dengan gejala awal seperti sakit kepala, demam dan juga muntah. Selain itu, perubahan kondisi mental, lemah dan juga gangguan saat bergerak juga bisa terjadi untuk beberapa hari berikutnya. 

Sebenarnya tidak terdapat penanganan spesifik untuk penderita Japanese Encephalitis, namun tetap dibutuhkan perawatan rumah sakit dan juga observasi dengan baik. Penanganan tersebut akan dilakukan atas dasar gejala yang terjadi. Istirahat, minum cairan dalam jumlah cukup dan juga memakai pereda sakit serta obat penurun panas badan juga bisa dilakukan untuk meredakan beberapa gejala.

Di antara beberapa pasien yang terkena Japanese Encephalitis, antara 20 hingga 30% juga bisa menyebabkan kematian meski beberapa lainnya menunjukkan perbaikan gejala sesudah penyakit akut antara 30 hingga 50% dan sesudah mengalami gejala neurologis serta kognitif. Menurunkan risiko terkena gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi virus Japanese Encephalitis juga sangat penting dilakukan.