Demam Paratifus : Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Ada berbagai jenis demam yang sudah sering kita dengar sebelumnya. Namun ada juga beberapa jenis demam yang mungkin belum dikenal luas oleh masyarakat. Salah satunya adalah demam yang disebabkan oleh paratifus. Demam ini sering dikira sebagai demam tifus atau demam tifoid karena memang sangat mirip dengan tifoid. Akan tetapi, keduanya ternyata berbeda walau mungkin gejalanya mirip. Berikut beberapa penjelasan mengenai jenis demam ini.

Perbedaan Paratifus dan Tifus

Seperti yang dijelaskan di atas, demam jenis paratifus ini memang memiliki gejala dan penyebab yang mirip dengan demam tifoid. Akan tetapi keduanya berbeda. Demam paratifus gejalanya lebih ringan daripada gejala demam tifoid. Selain itu, penyakit paratifus tidak selalu menimbulkan komplikasi pada tubuh, seperti Komplikasi Demam Tifoid. Untuk kesembuhannya pun, paratifus akan lebih cepat jika dibandingkan dengan tifus.

Namun keduanya memiliki cara penularan yang sama, yaitu berasal dari lingkungan yang telah terinfekis bakteri, yang bisa disalurkan melakui makanan, minuman, atau peralatan sanitasi yang tidak higienis. Akan tetapi, Perbedaan Typhoid dan Paratyphoid dari segi penyebabnya juga berbeda. Jika tifus disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi, maka paratifus disebabkan oleh bakteri jenis Salmonella paratyphi. Itulah yang menyebabkan penyakit ini disebut paratifus.

Gejala Paratifus

Demam paratifus memiliki beberapa gejala, seperti di bawah ini.

  • Adanya kebingungan atau ketidakseimbangan mental
  • Batuk kering
  • Berat badan menurun
  • Demam
  • Denyut jantung tidak sekuat biasanya
  • Diare atau sembelit
  • Kondisi badan terasa tidak nyaman
  • Limpa dan hati mengalami pembesaran
  • Mual
  • Muncul ruam merah
  • Nafsu makan menurun
  • Pusing atau sakit kepala
  • Sakit pada perut

Itulah beberapa gejala dari paratifoid. Sekilas, memang mirip dengan Gejala Demam Tifoid. Masa inkubasi dari penyakit ini sendiri adalah sekitar 1 hingga 10 hari sebelum gejala awal mulai muncul. Pada hari ketiga atau keempat, gejala-gejala akan memburuk, dan penyakit ini bisa menyebabkan gangguan selama kurang lebih 1 bulan lamanya. Sedangkan komplikasi dari penyakit ini bisa muncul pada minggu kedua atau ketiga setelah bakteri masuk ke dalam tubuh. Beberapa komplikasi yang dimaksud antara lain:

  • Kejang
  • Linglung
  • Sepsis
  • Pendarahan pada saluran cerna
  • Kesadaran terganggu

Penyebab

Seperti yang dijelaskan di atas, penyebab dari demam paratifus adalah bakteri Salmonella paratyphi. Jenis bakteri ini dibedakan menjadi 3, antara lain bakteri Salmonella paratyphi tipe A sampai tipe C. Ketiganya bisa menular pada seseorang yang tidak melakukan gaya hidup bersih, seperti kasus Demam Tifus, antara lain:

  • Kebiasaan buruk tidak mencuci tangan setelah buang air besar atau air kecil
  • Kebiasaan buruk tidak mencuci tangan sebelum makan
  • Adanya sumber air yang terkontaminasi oleh bakteri dari orang lain yang lebih dulu terinfeksi
  • Tertular langsung dari penderita penyakit tersebut

Itulah beberapa cara penularan dari paratifus ini. Cara penularan tersebut akan menjadi lebih mungkin terjadi pada orang-orang dengan kondisi di bawah ini.

  • Orang dengan infeksi tertentu, seperti bartonellosis, malaria, skistosomiasis, atau histoplamosis.
  • Kadar asam lambung yang menurun pada orang-orang yang menggunakan obat maag.
  • Orang-orang dengan tingkat kekebalan tubuh yang rendah atau sedang menurun.
  • Orang dengan kelainan darah, seperti kelainan hemoglobin atau kelainan sel darah.
  • Penderita meningitis atau radang selaput otak.

Itulah beberapa orang yang lebih rentan tertular atau terinfeksi paratifus.

Diagnosis

Proses diagnosis pada pasien yang diduga mengidap demam paratifus ini bisa dilakukan dengan memperhatikan gejala yang ada. Selain itu ada beberapa metode untuk mendiagnosis penyakit ini, di antaranya sebagai berikut.

  • Kultur bakteri

Kultur bakteri ini adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengisolasi dan melihat bakteri yang tumbuh dalam tubuh. Alat yang digunakan adalah kultur darah. Namun pemeriksaan ini biasanya harus dilakukan berkali-kali.

  • Deteksi antibodi

Pemeriksaan selanjutnya yang lebih sering digunakan adalah tes Widal. Pemeriksaan ini sering dijadikan metode utama dari pemeriksaan pasien yang diduga tifus atau paratifus. Namun pemeriksaan ini juga tidak begitu akurat. Selain Widal, deteksi antibodi bisa dilakukan dengan TUBEX-PA.

Pengobatan

Pengobatan pada kasus paratifus tidak jauh berbeda dengan tifus, yaitu dengan mengadakan pengobatan Antibiotik untuk Demam. Tujuannya adalah untuk membunuh bakteri penyebab infeksi itu sendiri. Selain itu antibiotik bisa membantu mengurangi gejala dan mencegah komplikasi. Pemberian antibiotik perlu diperhatikan sesuai dengan rekomendasi dokter dan tidak boleh dilakukan sembarangan. Selain antibiotik, pasien juga perlu mengonsumsi obat penurun panas dan mencukupi cairan serta nutrisi harian.

Demikianlah beberapa penjelasan mengenai demam paratifus yang perlu diketahui. Jika Anda mengalami gejala tersebut, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Semoga bermanfaat.