8 Faktor Resiko Dengue Shock Syndrome yang Wajib Diperhatikan

Dengue shock syndrome merupakan perkembangan dari penyakit demam akut yang membuat penderita juga mengalami pendarahan dan jika tidak segera diatasi, maka bisa mengancam nyawa. Gejala yang ditimbulkan dari dengue shock syndrome atau sindrom syok dengue ini meliputi gejala demam berdarah biasa, dengue hemorrhagic fever, shock yang disebabkan karena tekanan darah rendah dan berbagai gejala lainnya. Ada beberapa faktor resiko dengue shock syndrome mulai dari kebiasaan buruk dari masyarakat hingga karena faktor lingkungan seperti yang akan kami ulas selengkapnya berikut ini.

  1. Umur

Umur menjadi salah satu faktor yang bisa berpengaruh pada kepekaan terhadap infeksi jenis virus dengue. Sebenarnya, semua golongan umur bisa saja terinfeksi dengan virus ini namun biasanya terjadi pada bayi sesudah beberapa hari dilahirkan dan juga anak anak.

  1. Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian yang masih dilakukan hingga sampai detik ini, perbedaan kerentanan pada DSS ini berkaitan dengan gender atau jenis kelamin memang tidak ditemukan. Namun dilihat dari data angka kematia karena DSS, virus ini lebih sering menyebabkan kematian pada anak anak perempuan dibandingkan laki laki.

  1. Nutrisi

Nutrisi yang masuk ke dalam tubuh tentunya juga berpengaruh pada tingkat keparahan dari DSS tersebut. Jika gizi bayi, anak anak atau bahkan orang dewasa tidak tercukupi dengan baik, maka akan berpengaruh pada penurunan antibodi sehingga infeksi virus DSS ini semakin bertambah berat. Untuk menurunkan risiko dan perawatan demam dengue, maka makanan sehat harus dikonsumsi secara teratur.

  1. Populasi

Kepadatan penduduk yang tinggi juga akan meningkatkan risiko masyarakat terkena DSS. Semakin padatnya penduduk dalam sebuah populasi, maka secara tidak langsung juga akan meningkatkan risiko dengue shock syndrome.

  1. Letak geografis

Penyakit yang terjadi karena infeksi virus dengue penyebab DSS ditemukan lebih banyak pada negara beriklim tropis dan juga subtropis. Sedangkan DSS din Indonesia sendiri sudah terjadi sejak abad ke-18 menurut laporan dari David Bylon yang merupakan seorang dokter asal Belanda. Pada saat itu, virus membuat penderita mengalami demam dengue selama 5 hari yang kemudian menghilang dan timbul sakit kepala, nyeri otot dan juga nyeri di bagian dada. Penyakit ini bisa timbul secara endemik dan juga epidemik yang menyebar dari satu wilayah ke wilayah lain.

  1. Musim

Sebuah negara yang memiliki empat musim juga akan meningkatkan risiko DSS yang biasanya terjadi saat musim panas meski ada juga kasus yang terjadi selama musim dingin. Sedangkan di Asia Tenggara, epidemi dari DSS ini terjadi pada musim hujan seperti di Indonesia, Malaysia, Thailand dan juga Philipina yang umumnya terjadi beberapa minggu sesudah musim penghujan. Periode ini akan berlangsung khususnya saat musim hujan sebab cuaca sedang lembab. Hal inilah yang kemudian menjadi penyebab peningkatan aktivitas gigitan nyamuk penyebab DSS ditambah dengan faktor lingkungan buruk yang membuat masa inkubasi nyamuk penyebab penyakit semakin meningkat. 

  1. Kebiasaan Menggantung Pakaian

Kebiasaan buruk seperti sering menggantung pakaian juga menjadi faktor risiko dari DSS sebab merupakan area paling nyaman untuk nyamuk Aedes aegypti sehingga akhirnya timbul gejala demam dengue. Beberapa kegiatan seperti PSN dan juga 3M serta menghindari kebiasaan buruk seperti menggantung pakaian harus dihindari agar populasi nyamuk Aedes aegypti ini bisa dikendalikan sehingga penularan DSS bisa dicegah dan dikurangi.

  1. Kepadatan Nyamuk

Faktor lainnya yang menyebabkan penularan dengue shock syndrome selanjutnya adalah kepadatan nyamuk. Semakin tinggi kepadatan nyamuk aedes aegypti di sebuah wilayah, maka semakin tinggi juga risiko masyarakat sekitar untuk tertular penyakit DSS tersebut khususnya anak anak yang akan lebih rentan terhadap demam dengue pada anak.

Jika dalam suatu daerah memiliki kepadatan nyamuk aedes aegypti, maka masyarakat di sekitarnya juga memiliki risiko penularan yang juga tinggi. Kepadatan nyamuk ini dipengaruhi karena penampungan air seperti bak mandi, tempayan, pot bunga, kaleng bekas yang tidak terpakai dan berbagai barang lainnya dimana beberapa barang ini akan digunakan nyamuk untuk menetaskan telurnya.

Supaya tempat penampungan air ini tidak menjadi tempat nyamuk aedes aegypti berkembang biak, maka lakukan penutupan atau pengurasan air secara teratur seminggu sekali sekaligus membuang atau mengubur barang yang sudah tidak terpakai.

Ada begitu banyak faktor resiko dengue shock syndrome selain karena penularan dari nyamuk aedes aegypti. Langkah pencegahan dengue shock syndrome ini adalah dengan selalu mengkonsumsi makanan sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh sekaligus menjaga kebersihan lingkungan khususnya pada area tempat air menggenang.