Hiperpireksia pada Anak : Penyebab, Gejala, Pengobatan

Suhu tubuh merupakan salah satu indikator apakah tubuh sedang dalam kondisi baik atau tidak. Jika suhu tubuh di bawah normal, maka hal itu bisa menyebabkan hipotermia. Sebaliknya jika suhu tubuh meningkat di atas Suhu Normal Tubuh Manusia, maka kondisi ini bisa menyebabkan demam maupun Hipertermia. Demikian pula jika demam terjadi dalam kondisi yang sangat tinggi. Kondisi ini bisa menyebabkan hiperpireksia. Hiperpireksia bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pada anak.

Pengertian

Sebelum membahas mengenai hiperpireksia pada anak secara lebih mendetail, perlu diketahui mengenai hiperpireksia itu sendiri. Hiperpireksia sebenarnya adalah demam. Namun demam yang dimaksud disini adalah demam yang suhunya sudah sangat tinggi, yaitu yang berada di aas suhu 41,1 derajad celcius atau 41,5 derajad celcius.

Penyebab

Seperti halnya demam pada umumnya, kondisi Hiperpireksia terjadi ketika otak memerintahkan agar suhu tubuh naik dari suhu normal. Hal ini terjadi bisa dikarenakan banyak hal, seperti infeksi atau cedera. Kondisi hiperpireksia tidak sama dengan hipertermia. Jika hipertermia disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk membuang kelebihan panas dari tubuh, hiperpireksia terjadi karna kenaikan suhu inti tubuh layaknya demam. Hanya saja demam ini terjadi pada suhu di atas 41,1 derajad celcius.

Beberapa penyebab hiperpireksia pada anak yang bisa terjadi antara lain sebagai berikut.

  1. Pendarahan intrakranial

Jika seorang anak mengalami pendarahan intrakranial, maka hal ini bisa menyebabkan terjadinya hiperpireksia. Pendarahan intrakranial sendiri merupakan pendarahan yang terjadi di otak. Penyebab pendarahan ini sendiri bermacam-macam. Pada anak, bisa disebabkan oleh trauma atau cedera di bagian kepala. Pendarahan ini  bisa menyebabkan fungsi hipotalamus terganggu sehingga hipotalamus tidak bisa mengatur suhu sebagaimana mestinya.

  1. Sepsis

Penyebab hiperpireksia selanjutnya yang mungkin saja terjadi pada anak adalah sepsis. Sepsis merupakan kondisi dimana tubuh merespons suatu ancaman. Namun respons ini jusgtru bisa menyebabkan bahaya dan mengancap jiwa. Penyebabnya adalah sistem imun tubuh yang reponsnya bisa menyebabkan kerusakan dan kegagalan fungsi organ.

  1. Sindrom kawasaki

Hiperpireksia pada anak umumnya disebabkan oleh sindrom kawasaki. Sindrom kawasaki atau Demam Kawasaki ini sendiri merupakan penyakit yang sangat potensial menyebabkan kondisi hiperpireksia, khususnya pada anak-anak. Sindrom ini menyebabkan peradangan di area arteri tubuh. Sehingga dengan adanya peradangan ini, tubuh bisa menjadi demam tinggi. Dan jika demam tidak segera turun bisa menyebabkan hiperpireksia.

  1. Anestesi

Peelakuan medis berupa anestesi juga bisa memicu hiperpireksia terhadap anak. Hal ini terjadi sebagai salah satu efek samping langsung dari perlakuan anestesi umum. Terutama jika ada penyakit otot yang terjadi pada anak. Suhu tubuh akan meningkat dengan cepat pada kasus anestesi ini.

Itulah beberapa penyebab hiperpireksia yang bisa menyerang anak-anak.

Gejala

Pada dasarnya kondisi hiperpireksia bisa menyebabkan gejala tertentu. Gejala awal dari hiperpireksia yang bisa terjadi antara lain sebagai berikut.

  • Rasa haus yang semakin meningkat
  • Rasa sakit kepala
  • Mual
  • Berkeringat yang berlebihan
  • Kram
  • Kelemahan dan kelelahan

Jika suhu tubuh terus meningkat, maka gejala lainnya yang bisa terjadi antara lain sebagai berikut.

  • Kebingungan ringan
  • Sakit kepala yang semakin meningkat
  • Volume buang air kecil mulai menurun, atau bahkan urine tidak keluar
  • Kulit menjadi pucat, dingin, dan lembab
  • Sakit perut
  • Muntah

Jika suhu tubuh terus meningkat dan mencapai suhu yang termasuk ke dalam hiperpireksia, gejala lain yang parah bisa saja terjadi, sebagai berikut.

  • Kejang
  • Kebingungan yang terus terjadi
  • Hilang kesadaran
  • Lemah
  • Denyut nadi menjadi cepat
  • Nafas menjadi cepat dan dangkal
  • Merasa panas
  • Pupil melebar

Pada gejala tersebut hal-hal penanganan perlu untuk dilakukan karena jika tidak, maka bisa menyebabkan komplikasi jangka panjang, bahkan kematian.

Pengobatan dan Penanganan

Karena hiperpireksia pada anak disebabkan oleh hal-hal tertentu, maka pengobatan terhadap kondisi ini dilakukan untuk mengatasi penyebabnya. Namun jika suhu tubuh sudah mencapai angka yang cukup ekstrem, demam ini perlu ditangani agar suhunya bisa menjadi lebih rendah. Penanganan langsung mungkin perlu untuk dilakukan. Misalnya dengan beberapa hal berikut.

  • Memberikan obat penurun panas yang sesuai dengan usia dan kondisi tubuh anak yang demam.
  • Memberikan cairan yang cukup untuk mengurangi efek hiperpireksia yang terjadi dan mencegah dehidrasi.
  • Hidrasi cair melalui IV mungkin perlu dilakukan.
  • Menempelkan spons basah ke kulit atau mandi dingin.

Itulah beberapa pengobatan dan penanganan hiperpireksia yang perlu dilakukan.

Diagnosis

Diagnosis untuk menentukan kondisi hiperpireksia perlu dilakukan dengan menggunakan termometer demam yang akurat. Jika suhunya sudah memenuhi syarat kondisi hiperpireksia, maka diagnosis hiperpireksia akan ditegakkan. Dan karena hiperpireksia disebabkan oleh kondisi lain atau penyakit tertentu, maka bisa jadi akan dilakukan beberapa tes untuk menentukan penyebab hiperpireksia, misalnya tes darah atau pencitraan pada bagian kepala untuk mendeteksi pendarahan intrakranial. Mungkin juga akan dilakukan tes lanjutan lainnya sesuai dengan kondisi pasien.

Demikianlah beberapa penjelasan mengenai hiperpireksia pada anak yang perlu diketahui. Jika terjadi Demam Anak Sampai 40 Derajat sebaiknya segeralah untuk menghubungi dokter. Dan sebaiknya selalu sediakan termometer demam di rumah untuk memantau suhu demam yang terjadi kepada anak. Semoga bermanfaat untuk Anda.