5 Infeksi yang Menyebabkan Demam dan Sakit Kepala

Sakit kepala yang terjadi biasanya memang tidak perlu dikhawatirkan. Namun jika anda sering demam dan sakit kepala, maka ini mungkin menjadi pertanda serius sehingga anda perlu memeriksakan diri ke dokter untuk penanganan lebih lanjut. Sakit kepala dan demam mungkin menjadi tanda infeksi yang ada di otak atau sumsum tulang belakang yang membentuk sistem saraf pusat termasuk abses otak, meningitis dan juga ensefalitis.

Infeksi sistemik atau yang terjadi di seluruh tubuh seperti gejala awal HIV juga bisa menyebabkan sakit kepala dan gejala demam karena kondisi yang kurang umum seperti tumor di otak atau pendarahan.

Berikut ini akan kami berikan beberapa infeksi yang menyebabkan demam dan sakit kepala selengkapnya yang berbahaya dan harus diwaspadai.

1. Meningitis

Infeksi yang menyebabkan demam dan sakit kepala pertama bisa terjadi karena meningitis. Selain sakit kepala kronis dan ada hubungan demam dengan meningitis, gejala meningitis lain yang mungkin terjadi adalah mual dan muntah, kekakuan leher, ruam, kebingungan dan kepekaan terhadap cahaya. Penderita biasanya juga tidak langsung memiliki semua gejala tersebut sehingga pemeriksaan dokter memang sangat penting dilakukan.

Seseorang dengan meningitis umumnya akan mengalami kekakuan nuchal yang berarti penderita tidak akan bisa melenturkan leher sehingga tidak bisa menyentuhkan dagu ke area dada. Sedangkan beberapa gejala meningitis lain yang bisa terjadi adalah kejang demam, ruam, nyeri sendi atau defisit neurologis lainnya.

2. Abses Otak

Abses otak merupakan kondisi langka namun berpotensi mengancam jiwa di mana cairan yang terinfeksi terkumpul di otak. Gejala abses otak yang biasa terjadi menyerupai meningitis atau ensefalitis seperti demam panas, sakit kepala, kaku pada leher, disfungsi neurologis dan juga kebingungan.

Sakit kepala akibat abses otak dan kebingungan bisa terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial yang disebabkan pengumpulan cairan yang terinfeksi di otak karena terus tumbuh dan memakan ruang.

Diagnosis abses otak bisa dikonfirmasi lewat CT scan otak yang secara klasik menunjukkan lesi yang meningkatkan cincin. Pasien akan diobati dengan antibiotik yang diberikan lewat vena dan terkadang drainase bedah abses.

Pembersihan infeksi didokumentasikan dan biasanya melalui CT scan serial dan bisa memakan waktu hingga berminggu minggu sampai berbulan bulan.

3. Infeksi Sinus

Sakit kepala dan demam sinus bisa memunculkan gejala seperti nyeri atau pembengkakan wajah, sakit telinga, sakit gigi dan juga keluar cairan hidung yang tebal dan bisa mengindikasi infeksi sinus bakteri.

Kabar baiknya, apabila anda menderita sinusitis bakteri, sekitar satu minggu menggunakan antibiotik, istirahat, cairan dan uap yang harus segera dibersihkan tersebut jarang menyebabkan komplikasi lain seperti abses otak, meningitis, pembekuan darah atau osteomielitis yakni infeksi tulang wajah khususnya area dahi.

Jika anda didiagnosis menderita infeksi sinus, maka pastikan untuk menindaklanjuti dengan penyedia layanan kesehatan jika demam masih terjadi sesudah anda minum antibiotik.

4. Infeksi Seluruh Tubuh

Infeksi sistemik atau seluruh tubuh seperti flu atau mononukleosis menular yang sering disebut dengan penyakit berciuman atau mono bisa menyebabkan demam dan sakit kepala seperti beberapa infeksi sistemik lain contohnya HIV atau AIDS.

Umumnya, ada petunjuk lain yang bisa membantu dokter untuk mengkonfirmasi infeksi sistemik seperti jika pasien terserang fluyang biasanya akan sering sakit dan batuk selain juga mengalami gejala demam.

Jika anda memiliki mono, maka anda akan mengalami sakit tenggorokan dan tes positif pada tes monospot, tes cepat yang digunakan untuk mendiagnosis mononukleosis menular.

5. Ensefalitis

Ensefalitis atau radang otak merupakan infeksi yang terjadi pada sistem saraf pusat yang mungkin disebabkan karena bakteri, virus atau jamur.Ensefalitis hampir serupa dengan meningitis. Perbedaan paling utama adalah ensefalitis menyebabkan penderita memiliki kelainan fungsi otak.

Ini berarti seseorang akan mengalami gangguan status mental atau memiliki masalah gerak atau sensorik bahkan kelumpuhan yang tidak terjadi pada meningitis. Namun, keduanya bisa sangat sulit dibedakan dan dokter terkadang akan memakai istilah meningoensefalitis.