10 Penyebab Demam Pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Seorang ibu yang baru memiliki anak biasanya akan cenderung panik ketika mengetahui buah hatinya tiba-tiba badannya panas. Rasa panik tersebut akan semakin meningkat seiring dengan tangisan sang bayi yang tidak kunjung berhenti serta suhu badan anak yang terus meningkat dari waktu ke waktu berujung pada akhirnya kedua orangtua pun membawa anak mereka ke dokter terdekat.

Kejadian di atas sebenarnya tidak perlu terjadi apabila orangtua memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyebab demam pada bayi. Pada hakikatnya, demam bukanlah penyakit namun merupakan gejala dari sebuah penyakit. Demam yang dialami bayi terjadi ketika sistem kekebalan tubuhnya bertarung melawan infeksi yang masuk ke dalam badan.

Perlu diketahui bahwa tidak semua penyebab demam pada bayi dikarenakan oleh penyakit yang serius atau gawat. Demam justru bermanfaat bagi tubuh sang anak karena kuman yang masuk ke dalam tubuhnya akan merasa tidak nyaman. Selain itu, demam kerap terjadi pada bayi berusia enam bulan hingga mereka mencapai usia lima tahun. Demam yang biasa terjadi pada anak-anak disebabkan oleh infeksi virus ringan seperti flu, pilek, dan batuk yang bisa diobati di rumah tanpa harus memeriksakan anak ke dokter.

Ada banyak sekali penyebab demam yang terjadi pada bayi, mulai dari infeksi yang ringan hingga yang serius. Penting sekali buat para orangtua untuk mengetahui apa penyakit sang anak dari demam yang sedang dideritanya. Berikut ini 10 penyebab demam pada bayi yang umum terjadi di masyarakat Indonesia, ciri-cirinya serta cara mengatasinya:

1. Infeksi saluran pernapasan

Infeksi saluran pernapasanPenyakit ini biasa disebabkan oleh virus, bakteri atau organisme lain. Infeksi saluran pernapasan dapat menyebar melalui udara atau sentuhan. Kita bisa tertular infeksi ketika menghirup udara yang mengandung percikan lendir dari orang yang menderita bersin atau batuk.

Penularan infeksi saluran pernapasan ini kerap terjadi di tempat umum seperti sekolah, tempat penitipan anak, lingkungan kerja. Maka dari itu penting untuk menjaga kebersihan di tempat-tempat tersebut.

Gejala umum dari infeksi saluran pernapasan adalah batuk. Namun gejala yang mungkin timbul setelahnya adalah hidung tersumbat, hidung berlendir, bersin-bersin, batuk, nyeri otot, sakit tenggorokan hingga demam. Pada bayi dan anak-anak gejala-gejala di atas bisa menyebabkan mereka tidak nafsu makan, dan sulit untuk tidur.

Untuk mengobati infeksi saluran pernapasan bisa dilakukan sendiri di rumah dengan mengonsumsi obat pereda rasa sakit seperti ibuprofen atau paracetamol. Selain itu penderita sangat dianjurkan untuk banyak beristirahat serta minum banyak air putih. Pengobatan ini baiknya dilakukan pada saat gejala awal infeksi muncul seperti demam, hidung tersumbat, batuk dan bersin muncul. Pada umumnya infeksi saluran pernapasan akan sembuh dalam waktu satu hingga dua minggu.

2. Efek samping imunisasi

Efek samping imunisasiImunisasi sangatlah penting untuk diberikan kepada buah hati kita agar ketika mereka beranjak dewasa mereka bisa terhindari dari penyakit-penyakit serius seperti polio, campak, cacar, tetanus, hingga hepatitis.

Namun perlu diketahui bahwa beberapa imunisasi memiliki efek samping, meski tidak serius. Efek samping yang dapat timbul antara lain nyeri dan kemerahan pada kulit tempat disuntik, demam, mual, pusing, hingga hilang nafsu makan.

Penyebab Demam Pada Bayi pasca imunisasi adalah wajar karena sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap kuman (yang sudah dilemahkan) yang masuk ke dalam badan sang anak. Pada umumnya imunisasi yang menyebabkan bayi mengalami demam adalah imunisasi campak, DPT, hepatitis, dan BCG. Ibu juga biasanya akan diingatkan oleh sang dokter atau bidan yang melakukan imunisasi tentang kemungkinan bayinya akan mengalami demam setelah imunisasi.

Bila demam yang terjadi cukup tinggi (di atas 38 derajat Celcius), ibu bisa memberikan obat pereda rasa sakit seperti ibuprofen atau paracetamol agar bayi bisa beristirahat di malam hari.

3. Infeksi telinga

Infeksi telingaDikatakan bahwa lima dari enam anak akan mengalami infeksi telinga sebelum sang anak berusia tiga tahun. Gejala bayi menderita infeksi telinga adalah ia terlihat sering menarik-narik telinganya, rewel, dan menangis tak seperti biasanya.

Tanda-tanda lainnya adalah sang bayi demam, keluar cairan dari telinga, sulit tidur, dan tidak nafsu makan. Bila ditemui tanda-tanda seperti ini, sudah dapat dipastikan bahwa sang bayi menderita infeksi telinga.

Infeksi telinga adalah peradangan yang menyakitkan pada telinga bagian tengah. Infeksi ini sangat menyakitkan bagi bayi dan membuat penyakit ini lebih berbahaya karena bayi tidak bisa mengomunikasikannya. Infeksi telinga biasanya sembuh dengan sendirinya tanpa memberikan obat apapun.

Namun bila bayi anda berusia 6 – 24 bulan dan memiliki gejala-gejala seperti di atas, awasi terus kondisinya dan bila dalam waktu 2 – 4 hari sang bayi tak kunjung membaik, segera bawa ke rumah sakit terdekat atau berkonsultasi dengan dokter.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk menangani infeksi telinga, berikut langkah-langkahnya:

  • Teteskan minyak zaitun hangat

Lakukan hal ini bila tidak terlihat cairan yang mengalir dari telinga atau gendang telinga tidak bocor. Lakukan ketika bayi sedang tidur agar mudah untuk memosisikannya tidur menyamping. Setelah diteteskan tunggu selama beberapa menit lalu telentangkan kembali. Jangan berlebihan melakukan ini.

  • Kompres telinga dengan handuk basah yang hangat

Hal ini penting untuk mengurangi rasa sakit yang dialami sang bayi. Kompres selama 10 – 15 menit telinga bayi dengan handuk yang sudah dibasahi dengan air hangat. Pastikan handuk sudah kering ketika mengompres agar tidak ada air yang menetes ke dalam telinga.

  • Berikan minum air putih yang banyak

Minum air yang banyak dapat membantu membuka saluran telinga yang terinfeksi sehingga cairan yang menumpuk dalam telinga bisa mengalir.

  • Jangan berikan obat sembarangan

Hindari memberikan obat bebas apalagi obat dengan dosis keras kepada bayi karena obat tersebut dapat memberikan efek samping yang berbahaya.

  • Tinggikan posisi kepala

Tambahkan satu hingga dua bantal di bawah kasur bayi, bukan langsung di bawah kepala agar sirkulasi sinus yang bayi menjadi lancar.

  • Gunakan gravitasi

Ketika bayi tidur, posisikan telinga bayi yang sakit menghadap ke atas untuk menurunkan tekanan pada telinga dan mengurangi rasa sakit.

  • Goyangkan telinga bayi
    Cubit dengan lembut cuping telinga bayi lalu tarik sedikit ke arah luar beberapa kali. Trik ini sering digunakan dokter spesialis untuk mengurangi rasa sakit dan mengeluarkan cairan telinga.

4. Tonsilitis (radang amandel)

Tonsilitis (radang amandel)Tonsilitis atau yang biasa kita kenal dengan radang amandel adalah peradangan yang terjadi pada amandel atau tonsil. Kondisi ini sering kali ditemukan pada anak-anak dan bayi.

Amandel adalah dua kelenjar kecil yang berada di dalam tenggorokan, tugas dari kelenjar ini adalah mencegah infeksi, utamanya pada anak-anak. Seiring pertumbuhan, fungsi kelenjar ini tergantikan dan perlahan-lahan menyusut.

Penyebab dari radang amandel ini adalah adanya infeksi virus atau bakteri. Anak-anak yang menderita tonsilitis pada umumnya akan mengalami sakit kepala, demam, sakit di tenggorokan saat menelan dan batuk. Biasanya gejala-gejala ini akan hilang dengan sendirinya dalam waktu tiga hingga empat hari.

Tidak ada obat khusus untuk radang amandel, namun bila mengalami demam, disarankan untuk mengonsumsi obat pereda rasa sakit seperti ibuprofen atau paracetamol. Jika lebih dari satu minggu radang tidak kunjung sembuh, konsultasikan dengan dokter, karena bisa jadi penyebab radang adalah infeksi bakteri. Dokter biasanya akan menyarankan untuk mengonsumsi antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri tersebut.

5. Sinusitis

SinusitisPenyebab Demam Pada Bayi, Sinusitis adalah peradangan yang terjadi pada dinding sinus yang ada di dalam rongga hidung. Sinusitis adalah penyakit umum yang bisa menjangkiti orang segala usia termasuk anak-anak dan bayi. Umumnya, gejala sinusitis adalah sakit kepala, demam tinggi, hidung tersumbat dan keluar cairan kuning kehijauan, nyeri pada wajah saat ditekan, kehilangan indra penciuman, dan napas berbau.

Penyebab dari sinusitis adalah pembengkakan dinding bagian dalam hidung. Sering kali kondisi ini disebabkan oleh virus flu atau pilek. Untuk anak-anak, sinusitis pada umumnya disebabkan oleh alergi, tertular oleh anak-anak yang menderita sinusitis di sekitarnya, kebiasaan buruk menggunakan dot atau minum dari botol dalam keadaan berbaring, dan tinggal di daerah yang penuh dengan asap.

Gejala sinusitis biasanya sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu dua hingga tiga minggu. Namun bila cukup mengganggu, gejala sinusitis bisa dikurangi dengan mengonsumsi obat pereda rasa sakit atau dekongestan. Periksakan ke dokter apabila setelah satu minggu pengobatan dilakukan sinusitis tidak kunjung sembuh. Pada kondisi yang parah, ada kemungkinan dilakukan operasi untuk meningkatkan fungsi sinus dan fungsi drainase-nya.

6. Virus Roseola

Virus RoseolaRoseola atau dalam istilah medis dikenal sebagai roseola infantum adalah infeksi virus yang menyerang bayi atau anak-anak dengan gejala utama demam dan muncul ruam merah muda di kulit. Bayi yang berusia enam bulan hingga satu tahun umumnya rentan terserang infeksi virus ini.

Pada awalnya bayi akan mengalami demam tinggi, batuk dan pilek, nyeri tenggorokan dan tidak nafsu makan. Setelah demam mereda di hari ketiga atau keempat, akan muncul ruam merah muda yang memenuhi bagian punggung, perut dan dada. Biasanya ruam ini akan hilang dalam waktu dua hari.

Penyebab infeksi virus roseola ini adalah virus HHV-6 atau herpes tipe 6. Metode penularan sama seperti kasus penyebaran pilek pada umumnya. Roseola umumnya akan sembuh sendiri dalam kurun waktu satu minggu (dari demam sampai ruam). Ibu tidak perlu membawa anak ke dokter dan cukup dirawat di rumah saja. Namun bila demam meninggi hingga lebih dari 39 derajat Celcius, ruamnya tidak hilang setelah tiga hari dan lebih parah lagi bayi menjadi kejang-kejang akibat panas yang terjadi, segera bawa ke dokter atau RS terdekat.

Ketika demam mulai muncul, pastikan sang anak untuk selalu beristirahat total di atas tempat tidurnya sampai ia benar-benar pulih. Jaga suhu kamar agar tetap sejuk dan jangan berikan selimut tebal. Berikan anak minum air putih meski ia tidak merasa haus agar demamnya cepat turun. Hindari pemberian obat pereda sakit seperti ibuprofen/paracetamol kecuali demamnya benar-benar tinggi.

7. Gastroenteritis

GastroenteritisGastroenteritis atau flu perut atau flu lambung adalah infeksi pada usus atau perut yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Gastroenteritis bisa menyebabkan penderitanya mual, muntah, diare, kram perut, hingga demam. Kondisi ini sering disebut keracunan makanan.

Penyakit ini menular melalui kontak dengan orang yang sudah terlebih dahulu terinfeksi atau melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi virus. Gastroenteritis sangat mudah menyebar di fasilitas umum dengan ruangan tertutup seperti sekolah, tempat penitipan anak dan rumah sakit.

Makanan matang yang terlalu lama dibiarkan dalam suhu kamar juga bisa menjadi tempat berkembang biaknya bakteri/virus E. Coli dan salmonella penyebab gastroenteritis. Meski jarang menyebabkan komplikasi, penyakit ini bisa berakibat fatal pada bayi, orangtua atau orang yang bermasalah kekebalan tubuhnya.

Untuk pengobatan, penderita Gastroenteritis bisa mengonsumsi oralit untuk mencegah dehidrasi. Selain itu, penderita sangat dianjurkan untuk minum banyak air, bukan jus buah, karena minuman seperti ini justru bisa meningkatkan gejala diare yang dialami. Makan makanan dalam jumlah yang sedikit namun mudah dicerna seperti pisang dan bubur. Berhenti makan jika mual datang kembali. Penderita juga disarankan banyak beristirahat.

8. Infeksi ginjal

Infeksi ginjalPenyebab Demam Pada Bayi, Penyakit yang satu ini terjadi karena berpindahnya bakteri dari kandung kemih ke ginjal. Pada awalnya akan muncul rasa tidak nyaman dan nyeri di bagian perut. Biasanya infeksi ginjal adalah komplikasi dari infeksi saluran kemih. Bakteri masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang berada di sekitar uretra, dari uretra bakteri naik ke kantung kemih lalu ke ginjal.

Anak-anak rentan terkena infeksi ginjal, terutama mereka yang memiliki kelainan pada saluran kencing sejak lahir di mana air seni mengalir kembali dari kandung kemih ke ginjal. Infeksi ini perlu ditangani segera karena apabila tidak bisa menyebabkan kerusakan permanen pada ginjal. Selain itu, bakteri juga bisa masuk ke dalam darah melalui ginjal dan berakibat fatal. Berikut gejala infeksi ginjal pada anak:

  • Rewel
  • Susah makan dan muntah-muntah.
  • Lemas/kurang bertenaga.
  • Nyeri di sekitar perut.
  • Pertumbuhan tidak normal.
  • Mengompol.
  • Terdapat darah pada air seni.
  • Bau air seni tidak seperti biasanya.
  • Sakit kuning.

Untuk mengatasi infeksi ginjal, sangat disarankan untuk berobat ke dokter atau rumah sakit. Biasanya dokter akan meresepkan obat-obat sebagai berikut:

  • Antibiotik seperti ciprofloxacin atau amoxicillin. Gejala infeksi ginjal biasanya akan kunjung membaik setelah beberapa hari mengonsumsi obat secara teratur. Namun untuk memastikan infeksi benar-benar hilang, habiskan obat yang diresepkan oleh dokter.
  • Obat pereda nyeri seperti paracetamol. Obat ini berguna untuk mengurangi rasa sakit yang muncul akibat demam infeksi ginjal.

9. Batuk rejan

Batuk rejanBatuk rejan adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertussis yang masuk ke dalam saluran pernapasan seseorang. Penyakit ini sangat menular dan kerap menjangkiti anak-anak dan bayi.

Penyakit ini punya ciri rentetan batuk keras yang diawali dengan tarikan napas yang dalam dari sang penderita. Batuk rejan bisa diderita orang hingga tiga bulan lamanya dan bisa mengancam jiwa bayi dan lansia.

Ada tiga tahapan gejala batuk rejan, terutama bila sang penderit adalah anak-anak dan lansia:

  • Tahap awal: di tahap ini penderita akan mengalami flu atau pilek seperti pada umumnya, hidung berair dan tersumbat, bersin-bersin, mata berair, radang tenggorokan, batuk dan demam. Tahap ini berlangsung selama dua minggu dan paling tinggi resikonya bagi orang di sekitar penderita untuk tertular.
  • Tahap kedua: gejala flu mereda namun batuk makin menjadi dan tidak terkontrol. Di sinilah batuk keras berentet terjadi. Pada anak-anak dan bayi biasanya diikuti oleh muntah setelah batuk terjadi dan membuat penderita mengalami kelelahan. Tahap ini berlangsung dua hingga empat minggu lebih.
  • Tahap ketiga: di sini tubuh penderita mulai berangsur baik namun batuk rejan masih tetap ada dan kemungkinan akan batuk lebih keras. Tahap pemulihan ini bisa berlangsung dua bulan atau lebih tergantung perawatan yang dilakukan.

Untuk penderita bayi dan anak-anak sangat dianjurkan untuk berobat ke rumah sakit karena di rumah sakitlah pasien batuk rejan akan diisolasi untuk menghindari penyebaran infeksi. Pengobatan utama yang diberikan adalah antibiotik untuk melawan bakteri yang menjadi penyebab batuk rejan.

Bayi dan anak-anak yang menderita batuk rejan yang cukup parah bisa mengakibatkan kerusakan paru-paru. Untuk itulah perlu penanganan khusus dari rumah sakit dengan menggunakan alat bantu pernapasan (ventilasi) dan pemberian obat-obatan.

10. Disentri

disentriDisentri adalah infeksi pada usus yang menyebabkan penderitanya mengalami diare dengan frekuensi lebih sering dari biasanya dan umumnya disertai dengan darah atau lendir ketika buang air besar. Selain diare, gejala lainnya yang muncul pada penderita disentri adalah mual dan muntah, serta demam.

Dikarenakan penderita yang biasanya tidak pernah berkonsultasi dengan dokter dan merawat diri sendiri di rumah, menyebabkan jumlah penderita disentri, yang mayoritasnya balita, tidak bisa tercatat secara resmi. Penyebab penyakit ini adalah sanitasi yang buruk serta terbatasnya air bersih di daerah padat penduduk, dan kontaminasi pada makanan dan minuman.

Tidak semua penderita disentri harus berobat ke dokter atau dirawat di rumah sakit karena umumnya penderita akan pulih sendiri dalam beberapa hari. Namun bila diare yang diderita bercampur darah dan lendir serta berlangsung selama beberapa hari, maka harus langsung dikonsultasikan ke dokter. Apabila penderita adalah balita dan buang air besar sebanyak 6 kali atau lebih dalam kurun waktu 1 hari atau bahkan berkelanjutan, harap segera langsung bawa ke dokter untuk pengobatan yang lebih akurat.