Salah Diagnosa Demam Berdarah : Penyebab dan Pencegahannya

Ada banyak sekali jenis demam. Demam itu sendiri bisa menjadi tanda bahwa sistem imun tubuh sedang berusaha melawan infeksi. Dan salah satu jenis demam yang sering dibahas di Indonesia adalah demam berdarah. Penyakit ini memang umum terjadi di Indonesia sebagai negara tropis. Penyebabnya adalah virus yang ditularkan dari gigitan nyamuk.

Demam berdarah merupakan salah satu jenis penyakit yang umum terjadi di Indonesia, terutama ketika musim-musim nyamuk aedes aegypti berkembang dengan cepat. Kasus demam berdarah di Indonesia sendiri sudah banyak, dan bahkan tidak sedikit juga pasien yang mengalami kematian akibat shock syndrome dari demam berdarah. Namun, di lapangan, masih sering dijumpai kasus salah diagnosa demam berdarah, sehingga akibatnya cukup fatal. Berikut beberapa penjelasannya.

Penyebab

Banyak orang yang didiagnosis tidak terkena demam berdarah, namun sebenarnya mereka mengidap demam berdarah. Selain itu, kasus salah diagnosa demam berdarah juga banyak yang dikira penyakit lain, sehingga penanganannya tidak tepat sasaran. Hal ini disebabkan oleh gejala demam berdarah yang memang terlihat mirip dengan penyakit lain. Berikut beberapa jenis penyakit yang sering didiagnosiskan pada orang yang sebenarnya menderita demam berdarah.

  1. Demam tifoid

Cukup banyak pasien yang didiagnosis mengalami demam tifoid atau tifus, padahal sebenarnya mengalami demam berdarah. Kesalahan diagnosis ini kebanyakan terjadi karena pemahaman mengenai perjalanan penyakit yang kurang. Selain itu bisa juga terjadi karena interpretasi hasil laboratorium yang kurang baik.

Kebanyakan penderita demam berdarah juga diperiksa dengan uji widal. Dan hasilnya seringkali memang menunjukkan adanya peningkatan pada hasil widal. Padahal pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan untuk mengidentifikasi antibodi terhadap adanya penyakit tifus. Sehingga tidak jarang pasien demam berdarah yang didiagnosis mengalami tifus dari hasil uji widal tersebut.

Namun padahal kedua penyakit ini berbeda. Perbedaan Demam Berdarah dan Tifus bisa dilihat pada gejalanya, karena banyak gejala dari kedua penyakit ini yang jelas berbeda, misalnya pada demam yang terjadi. Pada Gejala Demam Berdarah, demam yang terjadi tinggi, lalu kemudian turun di hari ketiga. Baru demam akan kembali naik di hari keempat atau kelima. Sementara demam pada tifus kebanyakan tinggi di sore menjelang malam atau di malam hari.

  1. Campak

Selain demam tifoid, salah diagnosa demam berdarah sering juga dikira penyakit Demam Campak. Penyebabnya adalah pada gejala demam berdarah yang memang sering kali menunjukkan gejala ruam merah yang mirip dengan gejala penyakit campak. Kesalahan diagnosis ini sering terjadi kepada pasien yang sering mengalami riwayat alergi kulit atau hipersensitif pada kulitnya.

Namun, gejala bercak pada kulit antara demam berdarah dan campak sebenarnya bisa dibedakan. Pada penyakit demam berdarah, bercak biasa muncul di hari kedua sampai hari ketiga, lalu pada hari keempat dan kelima akan menghilang. Selain itu bercak ini tidak diikuti dengan proses pengelupasan pada kulit dan bekas bercak hitam.

Sementara pada kasus campak, bercak merah akan muncul pada hari ketiga hingga hari kelima. Bercak ini akan berkurang saat memasuki minggu kedua dari penyakit tersebut. Bintik kulit pada penyakit campak menimbulkan adanya bercak kehitaman atau bekas terkelupas.

  1. Infeksi sakuran pernafasan atas

Salah diagnosa demam berdarah berikutnya juga sering dikira infeksi saluran pernafasan atas. Memang kedua penyakit ini memiliki gejala yang cukup sulit dibedakan pada awalnya. Beberapa gejala yang sama antara lain gejala mirip flu, gejala mirip Demam Akibat Radang Tenggorokan, dan gejala mirip gangguan pernafasan atas pada umumnya.

Namun, pola penyakit infeksi saluran atas bisa jadi berbeda dari demam berdarah. Misalnya pada infeksi saluran atas, gejala yang muncul terlebih dahulu adalah batuk dan pilek sejak demam hari pertama. Sementara pada kasus demam berdarah, biasanya gejala batuk dan pilek akan muncul di hari ketiga hingga hari kelima dari demam pertama. Kemudian, batuk akan semakin parah pada hari keenam, terutapa pad apasien yang memiliki reaksi hipersensitif di saluran pernafasan atasnya.

Pencegahan Salah Diagnosis

Tentunya salah diagnosa demam berdarah dapat menyebabkan kondisi yang fatal bagi penderitanya. Hal ini disebabkan pengobatan sebelumnya tidak tepat. Selain itu, jika pasien terlambat diatasi karena salah diagnosis, pasien bisa saja berpotensi mengalami Komplikasi Demam Berdarah yang menakutkan, seperti kematian. Sehingga tentu perlu adanya pemahaman yang benar-benar mendalam mengenai kasus demam berdarah, baik itu dari ciri fisik maupun dari hasil uji laboratoriumnya.

Yang perlu dipahami adalah bahwa hasil uji laboratorium bukan satu-satunya media atau alat yang dapat dijadikan pedoman diagnosis. Lebih dari itu, para pelaku medis perlu memahami kondisi fisik pasien dan pengamatan klinis yang benar-benar tepat. Selain itu, pemeriksaan trombosit dan hematokrit juga sebaiknya dilakukan untuk pasien yang diduga menderita gejala demam berdarah yang mirip dengan tifus, atau infeksi saluran atas. Karena menurut WHO, salah satu kriteria diagnosis DBD adalah berdasarkan pemeriksaan trombosit dan hematokrit.

Demikianlah beberapa penjelasan mengenai salah diagnosa demam berdarah yang perlu diwaspadai karena memang demam berdarah mirip dengan penyakit lain. Maka dari itu ketahui selalu mengenai penyakit tersebut. Semoga bermanfaat.