Hiperpireksia : Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Mungkin istilah demam sering didengar bahkan dialami sendiri oleh kita sebagai manusia. Namun tidak demikian dengan istilah Hipertermia atau hiperpireksia. Padahal, demam, hipertermi dan hiperpireksi sama-sama menunjukkan gejala kenaikan terhadap suhu tubuh manusia karena sesuatu hal. Sehingga suhu tubuhnya perlu diturunkan agar bisa kembali normal. Berikut beberapa penjelasan mengenai kondisi hiperpireksi yang perlu diketahui.

Pengertian Hiperpireksia

Pada dasarnya, hiperpireksi merupakan kondisi demam, namun istilah tersebut sering digunakan untuk kondisi demam yang sangat tinggi, yaitu yang mencapai lebih dari 41,1 derajad celcius. Kondisi ini bisa terjadi pada seseorang yang sedang demam tinggi dengan penyebab yang beraneka ragam. Kondisi ini bisa dikatakan sebagai kondisi yang darurat dan merupakan salah satu Tanda Demam yang Berbahaya pada Anak sehingga membutuhkan penanganan medis tertentu.

Penyebab Hiperpireksia

Pada orang yang terserang hiperpireksi, otak akan memerintahkan suhu tubuh inti untuk meningkat karena sesuatu hal. Biasanya penyebabnya adalah infeksi, namun ada juga kasus hiperpireksi yang tidak disebabkan oleh infeksi. Tubuh kemudian akan merespons perintah otak tersebut untuk menaikkan suhu tubuh. Berikut ini beberapa penyebab hiperpireksia yang biasa terjadi.

  1. Infeksi

Kondisi demam yang sangat tinggi bisa terjadi karena adanya infeksi yang menyerang tubuh manusia. Beberapa jenis Demam Infeksi ini berasal dari infeksi virus maupun bakteri, seperti roseola, rubeola, enterovirus, dan malaria.

  1. Pendarahan intrakranial

Selain infeksi, hiperpireksi juga bisa disebabkan oleh adanya pendarahan di otak, yang dikenal dalam istilah medis sebagai pendarahan intrakranial. Pendarahan ini bisa terjadi akibat trauma, stroke, atau kecelakaan yang mempengaruhi fungsi area otak untuk mengatur suhu tubuh.

  1. Sepsis

Sepsis merupakan sebuah respons terhadap infeksi atau peradangan yang terjadi di dalam tubuh dan berpotensi untuk mengancam nyawa. Sepsis ini bisa menyebabkan kerusakan organ atau kegagalan fungsi organ sehingga kemungkinan hiperpireksia bisa terjadi. Namun kasus ini jarang terjadi.

  1. Anestesi

Anestesi atau pembiusan bisa jadi menyebabkan efek samping berupa kenaikan suhu tubuh di atas normal, terutama jika terdapat penyakit otot.

  1. Sindrom kawasaki

Sindrom kawasaki atau Demam Kawasaki merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan anak-anak mengalami peradangan pada bagian arteri. Sehingga sindrom ini bisa menyebabkan demam tinggi, bahkan hiperpireksi jika tidak segera diatasi atau diobati.

Gejala Hiperpireksia

Gejala hiperpireksia ada beragam dan bervariasi antara penderita yang satu dengan penderita yang lainnya. Namun beberapa gejala awal yang perlu diwaspadai antara lain sebagai berikut.

  • Kenaikan suhu tubuh
  • Pusing atau sakit kepala
  • Mengeluarkan keringat yang cukup ekstrem
  • Kram otot
  • Mual
  • Kelelahan
  • Kelemahan

Sedangkan jika suhu tubuh semakin meningkat dan menjadi hiperpireksi, beberapa gejala lainnya bisa jadi juga mulai terlihat, seperti beberapa gejala di bawah ini.

  • Sakit kepala meningkat atau bertambah parah
  • Muntah
  • Sakit perut
  • Kulit menjadi pucat, dingin, dan lembab
  • Mengalami kebingungan atau penurunan konsentrasi
  • Adanya penurunan buang air kecil (urine) atau bahkan urine tidak keluar

Jika suhu hiperpireksi tidak segera diatasi dengan baik, dalam artian suhu tinggi tersebut berlangsung lama, maka gejala-gejala lainnya bisa terjadi, misalnya:

  • Kebingungan yang semakin ekstrem
  • Bisa juga terjadi kejang
  • Pupil mata yang melebar
  • Hilang kesadaran
  • Merasa panas, kering, dan kulit menjadi merah
  • Denyut nadi bertambat cepat
  • Nafas menjadi cepat namun dangkal
  • Kelemahan

Gejala di atas terbilang gejala yang sudah membahayakan sehingga sangat penting untuk dilakukan pengobatan atau penanganan yang tepat untuk mencegah komplikasi jangka panjang yang bisa terjadi, terutama mencegah kematian.

Diagnosis Hiperpireksia

Diagnosis untuk hiperpireksia dilakukan dengan mengukur suhu tubuh pasien dengan termometer demam yang akurat. Karena hiperpireksi sendiri bukanlah sebuah penyakit, melainkan hanya gejala dari sebuah penyakit atau kondisi tertentu, maka dokter akan mencari tahu penyebab dari demam tinggi itu sendiri. Baru kemudian akan menentukan langkah pengobatan dan penanganan yang tepat.

Mungkin saja dokter akan melakukan tes darah dan tes pencitraan pada otak untuk mengetahui kemungkinan infeksi atau kemungkinan pendarahan pada otak. Tes lanjutan lainnya mungkin juga bisa dilakukan sesuai dengan kondisi masing-masing pasien.

Pengobatan Hiperpireksia

Karena hiperpireksia terjadi karena beberapa hal, maka pengobatan yang bisa dilakukan adalah mengatasi penyebab kenaikan suhu itu sendiri. Untuk kasus infeksi, maka penanganan perlu dilakukan sebagaimana mengatasi infeksi. Sedangkan untuk kasus pendarahan, maka penanganan perlu dilakukan untuk mengatasi pendarhan. Dan sebagainya. Jika penyebabnya sudah bisa diatasi, suhu tubuh bisa jadi akan menurun.

Namun ada juga kasus hiperpireksi yang membutuhkan penanganan secara langsung, seperti melakukan:

Hal-hal di atas perlu dilakukan sesuai dengan kondisi masing-masing pasien. Jika tidak diatasi dengan baik, hiperpireksi bisa menyebabkan kerusakan permanen pada otak, bahkan kematian. Akan tetapi, penanganan dan perawatan yang tepat bisa menurunkan suhu tubuh dengan aman. Sehingga pengobatan dan perawatan memang harus dilakukan oleh tim medis yang lebih mengetahuinya.

Demikianlah beberapa penjelasan mengenai hiperpireksia. Jika demam terjadi kepada Anda, maka pantau selalu kondisi demam dan suhu demam dengan termometer yang akurat. Jika menunjukkan tanda-tanda demam tinggi, cobalah untuk memeriksakan diri ke dokter untuk mencegah adanya kemungkinan hiperpireksi. Semoga bermanfaat.