Hubungan Demam Tifoid dengan Anemia yang Perlu Diketahui

Demam tifoid atau demam tipes merupakan seuah penyakit infeksi bakteri yang menyerang organ pencernaan. Bakteri yang bertanggung jawab akan masalah ini adalah jenis Salmonella typhi. Bakteri jenis ini hidup dan berkembang biasanya pada mekanisme sanitasi yang buruk sehingga mencemari makanan dan lingkungan itu sendiri. Penyakit tipes sering menunjukkan gejala Demam Infeksi yang umum, seperti mual, muntah, diare, dan sebagainya. Namun mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa tipes yang parah bisa menyebabkan anemia. Berikut beberapa penjelasan mengenai hubungan demam tifoid dengan anemia yang perlu diketahui.

Penyebab Anemia pada Penderita Tipes

Demam tifoid merupakan jenis penyakit sistemik. Maksudnya, saat bakteri menyerang, maka hampir semua organ tubuh akan terserang bakteri tersebut. Penyakit ini cenderung bisa memicu berbagai Gejala Demam Tifoid dan komplikasi pada tubuh sehingga bisa dibilang penyakit ini berbahaya. Dan salah satu komplikasinya adalah pendarahan. Pendarahan pada pasien demam tifoid akan menyebabkan anemia. Penyebab pendarahan itu sendiri antara lain sebagai berikut.

  1. Luka pada usus

Salah satu hubungan demam tifoid dengan anemia yang menyebabkan pendarahan adalah jika terdapat luka pada organ usus. Luka ini disebabkan oleh aktivitas bakteri yang juga mengenai pembuluh darah. Akibatnya darah bisa keluar dari pembuluh darah yang terluka.

  1. Komplikasi hematologik

Selain menyebabkan luka pada usus, demam tifoid juga bisa menunjukkan komplikasi serius seperti komplikasi hematologik. Komplikasi Demam Tifoid inilah yang seringkali mempengaruhi pendarahan dan menyebabkan anemia pada pasien tipes. Komplikasi ini bisa terjadi karena trombositopenia.

Itulah beberapa penyebab pendarahan pada demam tifoid. Tentunya hubungan demam tifoid dengan anemia ini cukup berkaitan dengan erat. Namun tidak semua pasien demam tifoid mengalami pendarahan yang parah. Sebagian hanya mengalami pendarahan minor, sehingga tidak membutuhkan penanganan tranfusi darah. Namun sebagaian lagi bisa membutuhkan tranfusi darah.

Selain itu, ada juga beberapa faktor risiko yang meningkatkan peluang terjadinya anemia kepada pasien demam tifoid. Pada sebuah penelitian, disebutkan ada beberapa faktor risiko. Berikut beberapa penjelasannya.

  • Faktor usia

Penelitian pada sejumlah pasien Demam siklik tifoid menunjukkan data bahwa kelompok usia remaja hingga dewasa muda (15 – 29 tahun) yang diteliti cenderung tidak menunjukkan gejala anemia saat terserang tipes. Sedangkan pada kelompok usia manula (di atas 60 tahun) dijelaskan bahwa ada kurang lebih 9 persen kasus yang mengalami anemia dari keseluruhan sampel penelitian.

  • Lamanya demam

Selain faktor usia, faktor lamanya demam terjadi juga bisa mempengaruhi apakah pasien demam tifoid berpeluang mengalami anemia atau tidak. Pada penelitian yang sama dijelaskan bahwa kelompok pasien yang lebih banyak mengalami anemia adalah yang berada di rentan 8 hari sampai 14 hari dari gejala demam pertama kali muncul.

  • Lama perawatan

Lamanya perawatan juga turut mempengaruhi hubungan demam tifoid dengan anemia. Pada penelitian disebutkan bahwa anemia biasa terjadi pada pasien yang dirawat kurang dari 6 hari. Sementara itu, risiko anemia pada pasien yang dirawat lebih dari 15 hari bisa dikatakan tidak ada.

  • Terapi antibiotik

Terapi Antibiotik untuk Demam yang digunakan pada pasien pun mempengaruhi risiko anemia akibat demam tifoid ini. disebutkan bahwa terapi antibiotik kombinasi berpeluang untuk menciptakan komplikasi berupa anemia pada pasien demam tifoid. Sedangkan terapi antibiotik tunggal, risikonya untuk terserang anemia lebih kecil.

Pencegahan Anemia pada Demam Tifoid

Itulah beberapa penyebab dan juga faktor risiko dari anemia yang menyerang penderita demam tifoid. Pada dasarnya, penyakit ini memang bisa menyebabkan anemia. Sehingga perlu untuk dicegah. Berikut beberapa pencegahan yang bisa dilakukan.

  • Kenali gejala demam tifoid. Hal ini penting agar jika gejala tersebut terjadi, seseorang bisa segera memeriksakan diri ke dokter. Lebih cepat berobat tentu akan lebih cepat mendapat perawatan dan lebih cepat disembuhkan.
  • Tetap mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat selama demam tifoid menyerang. Tujuannya adalah untuk mendapatkan asupan gizi dan nutrisi untuk memperkuat sistem imun tubuh.
  • Hindari makanan yang sekiranya bisa melukai usus agar bisa mencegah luka pada usus yang bisa menyebabkan pendarahan dan anemia.
  • Perbanyak asupan air putih.
  • Jaga waktu istirahat dan jaga energi secara bijak.
  • Patuhi petunjuk dokter dalam konsumsi antibiotik.
  • Hentikan merokok dan minuman beralkohol.

Demikianlah beberapa penjelasan mengenai hubungan demam tifoid dengan anemia yang perlu diketahui beserta cara pencegahannya. Selalu lebih baik mencegah daripada mengobati, sehingga selalu jaga kesehatan dan kebersihan gaya hidup Anda. Semoga artikel ini bermanfaat.