Demam Ebola Hemoragik – Pengertian – Sejarah –  Gejala – Diagnosis

Demam ebola hemoragik merupakan jenis demam virus yang terjadi karena empat strain virus ebola berbeda yakni zaire, sudan, tai forest dan juga budibugyo virus dimana zaire menjadi strain yang paling mematikan. Virus ini tidak hanya menginfeksi manusia namun juga primata yang pertama kali ditemukan pada tahun 1976 dan kemudian dilanjutkan pada beberapa wabah ebola antara tahun 2014 hingga 2016. Virus ebola ini nantinya bisa menyebabkan gejala non spesifik di awal penyakit yang nantinya juga sering menyebabkan pendarahan internal dan eksternal seiring dengan semakin berkembangnya penyakit ini.

Apakah Demam Ebola Hemoragik

Ebola hemorrhagic fever atau demam ebola hemoragik merupakan salah satu jenis penyakit virus yang terjadi karena virus ebola. Penyakit ini dianggap sebagai salah satu infeksi virus yang paling mematikan di dunia dengan tingkat kematian yang sangat tinggi selama wabah terjadi yakni antara 50 hingga 100% dari orang yang sudah terjangkit tergantung dari strain ebola dan akhirnya menyebabkan tingkat kelangsungan hidup penderita hanya berkisar antara 50% hingga nol.

Sejarah Demam Ebola Hemoragik

Demam ebola hemoragik ini pertama kalinya terjadi di Zaire yang dulu bernama Republik Demokratik Kongo pada tahun 1976. Virus tersebut teridentifikasi dalam transmisi kontak dari orang yang satu ke orang yang lainnya. Dari 318 penderita wabah virus ini, sebanyak 88% penderita akhirnya meninggal dunia dan sejak saat itu ada beberapa wabah virus ebola dan sudah ada lima strain yang sudah teridentifikasi.

Empat virus penyebab demam yang bertanggung jawab pada tingginya angka kematian diistilahkan menjadi zaire, sudan, tai forest dan juga bundibugyo virus dimana zaire menjadi strain yang paling mematikan. Sedangkan untuk strain kelima dinamakan dengan restin sudah ditemukan di negara Filipina. Strain ini tidak hanya dapat menginfeksi manusia namun juga beberapa hewan lainnya seperti primata dan juga babi.

Sedangkan sebagian wabah strain ebola yang jauh lebih mematikan terjadi di Afrika Barat khususnya di kota kecil dan menengah. Kelelawar, kera dan juga hewan lainnya dianggap sebagai penyebab siklus hidup virus bisa bertahan di alam liar dan manusia yang terinfeksi disebabkan karena mengkonsumsi daging dari hewan yang sudah terinfeksi tersebut. Sesudah wabah ebola terjadi, pejabat Afrika kemudian mengisolasi area tersebut sampai wabah bisa dihentikan. Akan tetapi wabah pada tahun 2014 sudah menyebar sampai ke pusat kota dan menyebabkan wabah semakin meluas. 

Diagnosis Demam Ebola Hemoragik

Diagnosis klinis awal untuk demam ebola hemoragik ini terbilang cukup sulit sebab gejala demam yang ditimbulkan juga tidak spesifik. Akan tetapi, jika seseorang diduga memiliki ebola, maka orang tersebut akan segera diisolasi dan departemen kesehatan lokal serta negara yang bersangkutan harus segera dihubungi.

Tes diagnostik definitif untuk demam ebola hemoragik ini adalah tes ELISA atau PCR dan tidak terdapat pengobatan standar seperti obat tradisional penurun panas yang bisa digunakan namun hanya terapi suportif dan juga pengobatan eksperimental yang saat ini tersedia.

Komplikasi dan Pencegahan

Jenis demam ebola hemoragik ini nantinya bisa menimbulkan beberapa komplikasi serta angka kematian yang sangat tinggi. Sedangkan untuk langkah pencegahan dari demam ebola hemoragik ini juga sangat sulit dilakukan. Pengujian awal dan juga isolasi pasien serta penambah perlindungan bagi perawat seperti baju, masker, sarung tangan dan kacamata menjadi beberapa perlengkapan penting yang harus digunakan agar tidak menginfeksi orang lain. Para peneliti kemudian mencoba untuk memahami virus ini sekaligus menentukan bagaimana demam ebola hemoragik tersebut bisa terjadi. 

Gejala Demam Ebola Hemoragik

Sesudah memasuki masa induksi selama 2 hingga 21 hari, maka tanda dan gejala dari demam ebola ini akan mulai terlihat seperti:

  • Demam panas mendadak
  • Nyeri otot
  • Nyeri persendian
  • Demam disertai sakit kepala
  • Sakit tenggorokan
  • Lemah, kelelahan dan malaise
  • Nafsu makan menurun
  • Sakit di area dada
  • Gangguan pernapasan
  • Mata memerah
  • Diare
  • Muntah
  • Sakit perut
  • Ruam
  • Cegukan dan
  • Pendarahan eksternal dan internal.

Meski wabah demam ebola hemoragik ini memang terjadi di negara Afrika, namun tidak menutup kemungkinan bisa menyebar ke beberapa wilayah lain yang beriklim tropis seperti salah satunya Indonesia. Untuk itu langkah pencegahan sebaiknya dilakukan dengan menjaga kebersihan dan menghindari mengkonsumsi makanan yang bukan berasal dari peternakan berkualitas.